Rabu, 05 Mei 2010

Seri Komunikasi Dalam Liturgi

II.1. Menjamah adalah Sesuatu yang Penting


Dalam merayakan upacara kita menggunakan lima indera (panca indera), yaitu saat kita mendengarkan firman, melihat upacara, mengecap rasa roti dan anggur, mencium harumnya dupa. Peran yang amat penting saat kita merayakan upacara yaitu menjamah.


Dalam perayaan ekaristi tubuh mengambil peran yang amat penting. Manusia bukanlah hanya jiwa tetapi juga badan. Tubuhlah yang mengungkapkan, mengkomunikasikan, dan melaksanakan perasaan-perasaan manusia yang terdalam. Melalui jamahan kita mengalami kenyataan dengan jelas, kita mendekatinya, dan mengenali orang maupun barang. Anak-anak kecil, orang-orang yang lanjut usia, dan mereka yang sedang sakit membuka kehidupannya secara mendalam melalui jamahan.


Bahasa khusus dalam sakramanen adalah : “Jamahan
Sangatlah menarik bila kita memperhatikan kehadiran “jamahan” dalam upacara-upacara kita: Bahasa “Jamahan” hadir di mana-mana.


Dalam pembaptisan kita membuat tanda salib di atas dahi anak, kita meraba dadanya atau menumpangkan tangan di atas kepalanya, membenamkannya atau membasahinya dengan air, mengurapi kepalanya, menjamah telinga dan mulutnya dengan jari, sambil mengucapkan “effata”. Dalam doa pemberkatan air, imam menjamah air dengan tangan kanan……


Dalam perayaan ekaristi, selain penumpangan tangan, dahi diurapi dengan minyak krisma. Uskup menumpangkan tangannya pada bahu kanan, memberikan salam dengan tepukan atau pelukan.


Dalam ekaristi imam mencium altar, menjamah dan mencium kitab Injil; umat diundang untuk makan dan minum tubuh dan darah Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita dapat menerima roti pada tangan dengan hormar. Sebelum menerima komuni kita saling memberikan salam damai dengan berjabatan tangan atau berpelukan…..


Dalam sakramen ekaristi, sebagai gerak isyarat simbolis dari rekonsilisasi orang menggunakan penumpangan tangan/uluran tangan di atas kepala si pengaku.


Dalam sakramen pengurapan orang sakit, imam mengurapi dahi dan tangan si sakit. Saat pengangkatan orang dalam berbagai jabatan dan dalam tahbisan imam dan diakon, di samping pemberian tanda-tanda khusus (=menjamah penytangga buku, atau patrena dengan roti dan piala dengan anggur) dan pengurapan tangan, para calon penerima penumpangan tangan Uskup di atas kepala sambil memohon kekuatan Roh Kudus.


Dalam sakramen perkawinan, para pengantin saling mengucapkan “ya” sambil berjabat tangan, sebagai tanda penyerahan dan kesetiaan. Mereka saling menggenakan cincin di jari, saling memberikan pelukan dan ciuman damai.


Banyak sekali kesempatan dan bentuk-bentuk bahasa “jamahan” fisik dalam upacara sakramen untuk mengungkapkan penyampaian rahmat yaitu penumpangan tangan, menjamah air, pengurapan, ciuman, pelukan damai. Pemberian abu, makan-minum, menepuk dada, membasuh kaku, penyerahan lambang (seperti pada biara tertentu: pakaian, buku pegangan, cincin dll). << --- selengkapnya klik di sini --->> 




--- 00 --

Tidak ada komentar: